Alam kaya akan warna. Beberapa
warna, seperti warna buluh burung kolibri ataupun merak, timbul dari difraksi
cahaya oleh struktur yang unik dari bulu itu. Namun, kebanyakan warna alam
disebabkan oleh absorpsi panjang-panjang gelombang tertentu cahaya putih
oleh senyawa organik. Sebelum dikembangkan teori transisi elektron, orang
telah mengetahui bahwa beberapa tipe struktur organik menimbulkan warna,
sedangkan tipe yang lain tidak. Struktur parsial yang perlu untuk warna (gugus
tak jenuh yang dapat menjalani transisi π ----> π* dan n----> π*) disebut
kromofor.Diamati juga bahwa adanya beberapa gugus lain mengintensifkan warna.
Gugus ini disebut auksokrom. Sekarang diketahui
bahwa auksokrom ialah gugus yang tidak dapat menjalani transisi
π---> π*, tetapi dapat menjalani transisi elektron. Beberapa
auksokrom:
-OH -OR -NH2 -NHR
-NR2 -X
Beberapa senyawa berwarna alamiah
Naftokuinon dan antrakuinon merupakan bahan
pewarna alamiah yang lazim. Junglon (junglone) ialah
naftakuinon yang berperan sebagaian dalam pewarna kulit biji walnut (semacam
kenari). Lawson (lawsone) memilki struktur serupa dengan
junglon, zat ini terdapat dalam enai India, yang digunakan sebagai cat pemerah
rambut. Suatu antrakuinon yang khas, asam karminat, merupakan pigmen merah
utama cochineal,suatu jenis serangga (kepik; Coccus catli
L), yang digunakan sebagai zat warna merah dalam makanan dan
kosmetik. Alizarin adalah zat warna lain dari kelas antrakuinon.
Kebanyakan warna bunga
merah dan biru disebabkan oleh glukosida yang disebut antosianin. Bagian
bukan gula dari glukosida itu disebut suatu antosianidin dan
merupakan suatu tipe garam flavilium. Warna tertentu yang diberikan oleh
suatu antosianin, bergantung pada pH bunga. Warna biru bunga cornflower dan
warna merah bunga mawar disebakkan oleh antosianin yang sama yakni sianin dan
sekuntum mawar merah, sianin berada dalam bentuk fenol.
Dalam camflower
biru,sianin berada dalam bentuk anionnya, dengan hilangnya sebuah proton
dari salah satu gugus fenolnya. Istilah garam flavilium berasal dari
nama flavon, yang merupakan senyawa yang tak berwarna. Adisi
gugus hidroksil menghasilkan flavonol, yang berwarna kuning.
(Latin: flavus, “kuning”).
II. Pengertian
Zat Warna
Zat warna adalah senyawa
organik berwarna yang digunakan untuk memberi warna ke suatu objek atau
suatu kain. Sejarah zat warna bermula pada zaman prasejarah. Indigo merupakan
zat warna tertua, zat ini digunakan oleh orang Mesir kuno untuk mewarnai
pakaian mumi. Ungu Tirus yang diperoleh dari siput Murex dijumpai
di dekat kota Tirus, digunakan oleh orang Romawi untuk mewarnai jubah maharaja.Alizarin disebut
juga merah Turki, diperoleh dari akar pohon madder dan dalam abad 18 dan 19
digunakan untuk mewarnai baju merah prajurit Inggris.
Terdapat
banyak sekali senyawa organik berwarna, namun hanya beberapa yang sesuai untuk
zat warna. Agar dapat digunakan sebagai pewarna, senyawa itu harus tidak luntur
(tetap pada kain selama pencucian), untuk zat tersebut harus terikat pada
kain dengan satu atau lain cara. Suatu kain yang terbuat dari serat
polipropilena atau hidrokarbon yang serupa, sukar untuk diwarnai karena tidak
memiliki gugus fungsional untuk menarik molekul-molekul zat warna. Namun kain
ini dapat diwarnai dengan berhasil dengan memasukkan suatu kompleks logam zat
warna kedalam polimer itu. Mewarnai kapas (selulosa) lebih mudah karena ikatan
hidrogen antara gugus hidroksil satuan glukosa dan gugus molekul zat warna akan
mengikat zat warna itu pada pakaian. Serat polipeptida, seperti wol atau
sutera, merupakan tekstil yang paling gampang untukvdiwarnai karena mereka
mengandung banyak gugus polar yang dapat berinteraksi
dengan molekul zat warna.
Suatu zat warna langsung ialah zat
warna yang diaplikasikan lansung ke kain dari dalam suatu larutan (air)
panas. Jika tekstil yang akan diwarnai itu mempunyai gugus polar, seperti
dalam serat peptide, maka dengan memasukkan suati zat warna, baik dengan suatu
gugus amino maupun dengan suatu gugus asam kuat akan menyebabkan zat
warna itu tidak luntur. Kuning Martius adalah suatu zat
warna langsung yang lazim. Gugus fenol yang asam dalam kuning Martius bereasi
dengan rantai samping yang basa dalam wol ataupun sutera.
Suatu zat warna tong (vat dye) adalah suatu
zat warna yang diaplikasikan pada tekstil dalam bentuk terlarut. Baju biru yang
dikirim oleh orang-orang Perancis kepada orang Amerika dalam Revolusi Amerika
diwarnai dengan indigo, suatu zat warna tong yang
lazim. Indigo diperoleh dari fermentasi suatu tumbuhan woad (Isatis
tincoria) di Eropa barat atau tumbuhan spesi indigofera, yang
tumbuh di Negara-negara tropis. Kedua tanaman ini mengandung glukosida indikan,
yang dapat dihidrolisis menjadi glukosa dan indoksil,
suatu prekursor (zat pendahulu) yang tak berwarna dari indigo. Tekstil
direndam dalam campuran fermentasi yang mengandung indoksil,
kemudian dibiarkan kering di udara. Oksida indoksil oleh udara
menghasilkan indigo yang tidak larut dan berwarna biru. Indigo mengendap dalam
bentuk cis, yang mengalami isomerisasi sertamerta menjadi
isomer-trans.
Suatu zat warna mordan (mordant) adalah zat
warna yang dibuat tak larut pada suatu tekstil dengan mengkomplekskan atau
menyepit (chelation) dengan suatu ion logan , yang disebut mordan (mordant:
Latin : mordere, “menggigit”). Mula-mula tekstil itu di olah dengan
suatu garam logam (seperti Al, Cu, Co, atau Cr), kemuian diolah dengan suatu
bentuk larut dari zat warna itu. Reaksi penyepitan pada permukaan
tekstil akan menghasilkan zat warna permanen. Salah satu zat warna
mordan tertua ialah alizarin, yang membentuk warna
berlainan bergantung ion logam yang digunakan.
Misalnya, alizarin memberikan suatu warna merah-mawar dengan Al3+ dan
warna biru dengan Ba2+.
Zat warna azo merupakan kelas zat yang
terbesar dan terpenting, jumlahnya
mencapai ribuan. Dalam pewarnaan azo, mula-mula tekstil itu dibasahi
dengan senyawa aromatik yang terakaktifkan terhadap subtitusi
elektrofilik, kemudian diolah dengan suatu garam diazonium untuk membentuk zat warna.
III.
Klasifikasi
Zat Warna
Zat
warna yang dapat digunakan dalam makanan diklasifikasikan menjadi:
1.Zat
warna Buatan
Bahan pewarna buatan digunakan secara
luas karena kekuatan zat warnanya lebih kuat dibandingkan zat warna alami.
Karena itu, zat warna buatan dapat digunakan dalam konsentrasi yang kecil. Zat
warna buatan lebih stabil, penampilan warna lebih seragam, dan umumnya tidak
mempengaruhi rasa makanan.
2. Zat Warna Alami
Zat
warna alami meliputi pigmen yang berasal dari bahan alami seperti tumbuhan,
mineral dan hewan, serta bahan yang diproses oleh manusia yang bahan
bakunya berasal dari bahan alami.
Jenis-jenis
pewarna alami tersebut antara lain :
a. Klorofil, yaitu zat warna alami hijau yang umumnya terdapat pada
daun, sehingga sering disebut zat warna
hijau daun.
b. Mioglobulin dan hemoglobin, yaitu zat warna merah pada daging.
c.
Karotenoid, yaitu kelompok pigmen yang berwarna kuning, orange, merah orange,
yang terlarut dalam lipid, berasal dari hewan maupun tanaman antara lain,
tomat, cabe merah, wortel.
d. Anthosiamin dan anthoxanthim. Warna pigmen anthosianin merah, biru
violet biasanya terdapat pada bunga, buah-buahan dan sayur-sayuran.
IV. Tumbuhan yang dapat
Menghasilkan Warna Alam
Pada dasarnya hampir seluruh jenis tumbuhan dapat menghasilkan
zat pewarna alami yang dapat digunakan pada proses pewarnaan batik dengan
teknik celup. Zat warna tumbuhan dapat diambill dari akar, batang (kayu),
kulit, daun dan bunga. Zat Warna Alami (ZPA) 2 pewarna alami yang dapat
digunakan pada proses pewarnaan batik dengan teknik celup. Zat warna tumbuhan
dapat diambill dari akar, batang (kayu), kulit, daun dan bunga. Zat Warna
Alami (ZPA) 2 zat tumbuhan yang sudah dikenal masyarakat Indonesia sampai
kira-kira abad ke-8 dan dari Departemen Perindustrian, antara lain:
- Daun
pohon nila (indigofera)
- Kulit
pohon soga Tingi (Ceriops Candoleana Am)
- Kulit
pohon soga Tegeran (Cudrania Javanesis)
- Kulit
soga Jambal (Peltophorun Ferrugineum)
- Akar
pohon Mengkudu (Morinda Citrifelia)
- Temu
lawak
- Kunir
- Gambir
dan pinang
- Teh
- Pucuk gebang (Corypha gebanga), dll.
V. Penyebab Zat Warna
Warna merupakan salah satu sifat penting makanan yang dapat menambah
selera makan. Beberapa alasan penambahan zat warna dalam makanan adalah:
1. Mengurangi atau mencegah hilangnya warna makanan yang disebakan oleh adanya paparan sinar matahari, suhu yang ekstrem, kelembaban, dan kondisi penyimpanan.
2. Memperbaiki perubahan warna bahan makanan yang terjadi secara alami.
3. Memperkuat warna yang secara alami sudah ada.
4. Memperkuat identitas makanan dengan warna.
5. Melindungi flavor dan vitamin yang dapat dipengaruhi oleh sinar matahari selama penyimpanan.
6. Memberikan penampilan makanan sesuai keinginan konsumen.
1. Mengurangi atau mencegah hilangnya warna makanan yang disebakan oleh adanya paparan sinar matahari, suhu yang ekstrem, kelembaban, dan kondisi penyimpanan.
2. Memperbaiki perubahan warna bahan makanan yang terjadi secara alami.
3. Memperkuat warna yang secara alami sudah ada.
4. Memperkuat identitas makanan dengan warna.
5. Melindungi flavor dan vitamin yang dapat dipengaruhi oleh sinar matahari selama penyimpanan.
6. Memberikan penampilan makanan sesuai keinginan konsumen.
Menurut Winarno (1997) ada lima faktor yang
dapat menyebabkan suatu zat warna yaitu :
1.Pigmen yang secara alami terdapat pada hewan maupun tanaman.
2.Reaksi karamelisasi yang menghasilkan warna coklat.
3.Reaksi Maillard yang dapat menghasilkan warna gelap.
4.Reaksi oksidasi.
5.Penambahan zat warna baik zat warna alami (pigmen) maupun sintetik.
1.Pigmen yang secara alami terdapat pada hewan maupun tanaman.
2.Reaksi karamelisasi yang menghasilkan warna coklat.
3.Reaksi Maillard yang dapat menghasilkan warna gelap.
4.Reaksi oksidasi.
5.Penambahan zat warna baik zat warna alami (pigmen) maupun sintetik.
Ada lima sebab yang dapat menyebabakan suatu
bahan makanan berwarna:
a.Pigmen yang secara alami terdapat pada tanaman dan tumbuhan. Misalanya: klorofil yang berwarna hijau, karoten yang berwana jingga dan mioglobin menyebabkan warna merah pada daging.
b.Reaksi karamelisasi yang timbul bila gula dipanaskan membentuk warna coklat. Misalnya: warna cokla pada kembang gula caramel atau roti yang dibakar.
c.Warna gelap yang timbul Karen aadanya reaksi maillrad, yaitu antara gugus amino protein dengan gugus karbonil gula pereduksi. Misalanya: susu bubuk yang disimpan lama akan berwarna gelap.
d.Reaksi anrtara senyawa organic dengan uidara akn menghasilkan warna hitam atau coklat gelap. Reksi oksidasi ini dipercepat olejh adanya logam serta enzim. Misalnya: warna gelap permukaan apel atau kentang yang dipotong.
e.Penambahan zat warna , baik warna alami maupun zat warna sintetik, yang termasuk dalm golongan bahan aditif makanan.
a.Pigmen yang secara alami terdapat pada tanaman dan tumbuhan. Misalanya: klorofil yang berwarna hijau, karoten yang berwana jingga dan mioglobin menyebabkan warna merah pada daging.
b.Reaksi karamelisasi yang timbul bila gula dipanaskan membentuk warna coklat. Misalnya: warna cokla pada kembang gula caramel atau roti yang dibakar.
c.Warna gelap yang timbul Karen aadanya reaksi maillrad, yaitu antara gugus amino protein dengan gugus karbonil gula pereduksi. Misalanya: susu bubuk yang disimpan lama akan berwarna gelap.
d.Reaksi anrtara senyawa organic dengan uidara akn menghasilkan warna hitam atau coklat gelap. Reksi oksidasi ini dipercepat olejh adanya logam serta enzim. Misalnya: warna gelap permukaan apel atau kentang yang dipotong.
e.Penambahan zat warna , baik warna alami maupun zat warna sintetik, yang termasuk dalm golongan bahan aditif makanan.
Pemakaian
Zat Warna dalam Industri Pangan
Zat warna sintetis dipakai sangat luas dalam pembuatan berbagai macam makanan. Zat warna tersebut dapat dicampurkan dan akan menghasilkan banyak warna. Pemakaian zat warna oleh industri pangan jumlahnya tidak begitu banyak, yaitu biasanya tidak lebih dari 100 mg per kg produk pemakaian zat warna sintetis dalam industri pangan.
Zat warna sintetis dipakai sangat luas dalam pembuatan berbagai macam makanan. Zat warna tersebut dapat dicampurkan dan akan menghasilkan banyak warna. Pemakaian zat warna oleh industri pangan jumlahnya tidak begitu banyak, yaitu biasanya tidak lebih dari 100 mg per kg produk pemakaian zat warna sintetis dalam industri pangan.
Jenis Makanan Rata-rata Pemakaian (mg/kg)
1.Minuman ringan 50
2. Es loli 70
3. Sugar confectionery 100
4. Preserved dan table jellies 70
5. Baked goods – cake dan biskuit 60
6. Kalengan buah-buahan dan sayuran 70
7. Sosis 10
8. Ikan asap 30
9. Instant desserts 50
1.Minuman ringan 50
2. Es loli 70
3. Sugar confectionery 100
4. Preserved dan table jellies 70
5. Baked goods – cake dan biskuit 60
6. Kalengan buah-buahan dan sayuran 70
7. Sosis 10
8. Ikan asap 30
9. Instant desserts 50
10.
Produk-produk susu – yogurt 205
Tidak ada komentar:
Posting Komentar