Semen merupakan salah satu
bahan perekat yang jika dicampur dengan air mampu mengikat bahan-bahan padat
seperti pasir dan batu menjadi suatu kesatuan kompak. Sifat pengikatan semen
ditentukan oleh susunan kimia yang dikandungnya. Adapun bahan utama yang
dikandung semen adalah kapur (CaO), silikat (SiO2), alumunia (Al2O3),
ferro oksida (Fe2O3), magnesit (MgO), serta oksida lain
dalam jumlah kecil (Lea and Desch, 1940). Fe2O3 dalam
semen berfungsi sebagai penghantar panas dalam proses pembuatan terak semen.
Kadar yang baik dalam pembuatan semen yaitu Fe2O3 ± 75% -
80%. Pada penggilingan akhir digunakan gipsum sebanyak 3-5% total pembuatan
semen. Penggunaan pasir besi (Fe2O3) dalam
pembuatan semen itu sendiri sebesar ± 1%.
A. PRINSIP DASAR ANALISIS
Prinsip
analisis dalam Fe2O3 dalam semen yaitu mereduksi
besi(III) menjadi besi(II) dengan timah(II) klorida (SnCl2) dan
dititrasi dengan larutan baku kalium bikromat (K2Cr2O7).
Penetapan ini tidak dipengaruhi oleh titanium dan vanadium yang mungkin ada
dalam semen.
B.
ALAT DAN BAHAN
Alat
-
Gelas Beker
-
Timbangan
-
Labu Ukur
-
Gelas Ukur
-
Erlenmeyer
-
Botol Tetes
-
Pengaduk
-
Lumpang dan Alu
-
Pengaduk Magnet
-
Buret
Bahan
-
Larutan
indikator barium diphenilamine sulfonat
-
Air
-
Larutan
Kalium dikromat (K2Cr2O7)
-
Larutan
HCl
-
Larutan
Timah (II) Klorida (SnCl2. 2H2O)
-
Semen
-
LiBO2
-
Larutan
Merkuri Klorida (HgCl2)
C.
METODE KERJA
Pereaksi
1. Larutan indikator
barium diphenilamine sulfonat.
Larutkan 0,3 gram barium
diphenilamine sulfonat dalam 100 mL air.
2.
Larutan baku kalium
dikromat (1 mL = 0,004 gram Fe2O3)
Haluskan dan
keringkan pereaksi baku primer kalium dikromat (K2Cr2O7)
NBS 136 pada suhu (180-200) oC sampai berat tetap. Timbang dengan
teliti sebanyak 2,45700 gram untuk 1 liter larutan yang disiapkan. Larutkan
dalam air dan encerkan dengan tepat sampai volume yang diinginkan dalam labu
yang berukuran tepat. Larutan baku ini adalah larutan baku primer dan tidak
perlu ditetapkan lagi.
3.
Larutan timah(II) klorida
Larutkan 5
gram timah(II) klorida (SnCl2.2H2O) dalam 10 mL HCl dan
encerkan sampai 100 mL. Tambahkan butiran timah bebas besi dan didihkan sampai
larutan dalam botol tetes tertutup yang berisi butiran timah.
Prosedur
Untuk semen portland
yang bagian tak larutnya belum diketahui, terlebih dahulu tentukan bagian tak larut sesuai dengan cara
uji yang dijelaskan pada prosedur ini. Apabila bagian tak larutnya diketahui,
lakukan sesuai butir 1 atau 2.
1.
Untuk semen portland dengan kadar bagian tak larut
lebih kecil dari 1%, timbang 1 gram contoh ke dalam gelas kimia 500 mL atau
wadah lain yang sesuai. Tambahkan 40 mL air dingin, sambil wadah
digoyangkan tambahkan 10 mL HCl. Jika
perlu panaskan larutan dan hancurkan semen dengan batang pengaduk kaca berujung
rata sampai semua semen terurai sempurna. Lanjutkan analisis sesuai butir 2 a).
2.
Untuk semen
dengan kadar bagian tak larut lebih besar dari 1%, timbang 0,500 gram contoh,
campur dengan 1 g LiBO2 dengan menggunakan lumpang dan alu.
Pindahkan ke dalam krusibel yang sebelum dipanaskan mengandung 0,1 gram LiBO2
yang tersebar di dasarnya.
Tutup dengan 0,1 gram LiBO2 yang
terlebih dahulu digunakan untuk membersihkan lumpang dan alu. Tempatkan
krusibel tak bertutup dalam tungku yang telah diatur suhunya pada 1100oC
selama 15 menit. Pindahkan krusibel dari tungku dan periksa kesempurnaan
peleburan. Jika leburan tidak sempurna,kembalikan krusibel ke dalam tungku
selama 30 menit. Periksa kembali kesempurnaan peleburan. Jika peleburan tetap
tidak sempurna, buang contoh dan ulangi prosedur peleburan menggunakan 0,250
gram contoh atau jumlah contoh yang lebih sedikit dengan jumlah LiBO2
yang sama. Apabila leburan telah sempurna, segera goyang, hati-hati lelehan dan
tuangkan ke dalam gelas kimia 150 mL yang berisi 10 mL HCl dan 50 mL air. Aduk
terus menerus sampai hasil leburan larut, biasanya 10 menit atau kurang. Jika
digunakan pengaduk magnet, pindahkan dan bilas batang pengaduk tersebut dan
lanjutkan analisis sesuai butir 2.a.
a. Panaskan
larutan sampai mendidih dan tambahkan larutan SnCl2 tetes demi tetes
sambil diaduk dan dididihkan hingga larutan tidak berwarna. Tambah satu tetes
berlebih dan dinginkan larutan hingga suhu ruang dengan meletakkan gelas kimia
pada pan yang berisi air dingin. Setelah dingin dan tanpa ditunda-tunda bilas
bagian dalam dinding gelas kimia dengan air, dan tambahkan sekaligus 10 mL
larutan jenuh merkuri klorida (HgCl2) dingin. Aduk larutan dengan
cepat selama satu menit dengan cara menggoyangkan gelas kimia dan tambahkan 10
mL H3PO4 (1+1) dan dua tetes larutan indikator barium
diphenilamine sulfonat. Tambahkan air secukupnya hingga volume setelah titrasi
berkisar antara (75 -100) mL. Titrasi dengan larutan baku kalium dikromat.
Titik akhir akan ditunjukkan dimana satu tetes menyebabkan warna merah lembayung
yang tetap pada penambahan larutan K2Cr2O7
berlebih.
Blangko
Lakukan penetapan blangko dengan menggunakan prosedur yang pereaksi yang sama.
Rekam volume larutan K2Cr2O7 yang diperlukan
untuk menetapkan titik akhir seperti yang dijelaskan pada butir 2.a. Diperlukan
sejumlah besi supaya mencapai titik akhir, jika tidak terlihat warna lembayung
yang jelas setelah penambahan empat tetes larutan baku K2Cr2O7
maka dalam blangko tidak terdapat besi.
D. PERHITUNGAN
Penentuan
kadar Fe2O3 dengan ketelitian 0,01% (dilaporkan dengan
ketelitian 0,1%) sebagai
berikut:
dimana :
dimana :
E
: kesetaraan Fe2O3
terhadap larutan K2Cr2O7, gram/mL;
V
: mililiter K2Cr2O7
yang diperlukan pada penetapan contoh;
B
: mililiter K2Cr2O7
yang diperlukan pada penetapan blangko;
W
: berat contoh dengan ketelitian 0,1
miligram.
1.
METODE INSTRUMENTAL
A.
PRINSIP
DASAR ANALISIS
X-Ray
Fluoresensi (XRF) merupakan salah satu metode analisis tidak merusak digunakan
untuk analisis unsur dalam bahan secara kualitatif dan kuantitatif. Prinsip
Kerja metode analisis XRF berdasarkan terjadinya tumbukan atom-atom pada
permukaan sampel (bahan) oleh sinar–X dari sumber sinar–X. Hasil analisis
kualitatif ditunjukkan oleh puncak spektrum yang mewakili jenis unsur sesuai
dengan energi sinar-X karakteristiknya, sedang analisis kuantitatif diperoleh
dengan cara membandingkan intensitas sampel dengan standar.
Dalam
analisis kuantitatif, faktor-faktor yang berpengaruh dalam analisis antara lain
matriks bahan, kondisi kevakuman dan konsentrasi unsur dalam bahan, pengaruh
unsur yang mempunyai energi karakteristik berdekatan dengan energi karakteristik
unsur yang dianalisis.
B.
ALAT DAN BAHAN
Alat
-
X-Ray Fluorosence (XRF)
-
hydraulic press fused
beads
Bahan
-
Sampel semen
-
HCl
-
timah(II) klorida (SnCl2.2H2O)
C.
METODE KERJA
1. Sampel
semen terlebih
dahulu dipress membentuk tablet padat menggunakan hydraulic press fused beads
atau juga bisa dibentuk menjadi presed powder.
2. 5 gr semen
ditambah dengan 0,5 selulosa dan 5 ml dupont lalu di tekan selama 90 s dengan
tekanan 40.000 pon sehingga berukuran 40 mm.
3.
Siapkan juga larutan
standarnya yaitu Larutan timah(II)
klorida
Larutkan
5 gram timah(II) klorida (SnCl2.2H2O) dalam 10 mL HCl dan
encerkan sampai
100 mL. Tambahkan
butiran timah bebas besi dan didihkan sampai larutan dalam botol tetes tertutup yang
berisi butiran timah.
4. Sampel
ditempatkan pada wadah analisis dikenal dengan sample holder pada alat XRF lalu ditutup rapat.
5. Peralatan
dikondisikan dengan cara memvakum sample chamber dan melakukan kalibrasi
energi.
6. Alat
spectrometer XRF siap digunakan bila kevakuman sample chamber mencapai 200
miliTorr.
7. Kalibrasi
energi menggunakan sampel uji pada kondisi tegangan kerja 14kV dan kuat arus 90
μA serta input count rate sebesar 10000 cps (count per second).
8. Selanjutnya
dilakukan kalibrasi pengukuran blanko standar Fe2O3 pada
tegangan kerja 14kV dan kuat arus 90 μA.
9. Kemudian
pengujian sampel semen yang sudah dalam bentuk tablet padat dalam XRF dengan penggulangan
minimal 3. Pengulangan
untuk membuat kurva kalibrasi dari setiap unsur yang dianalisis.
10. Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap data
hasil kalibrasi untuk menentukan batas daerah linieritas dengan persamaan dan
koefisien regresi.
11. Selanjutnya
pengukuran dilakukan pada salah satu bahan standar yang memiliki konsentrasi di
daerah linieritas pengukuran untuk mengetahui presisi dan akurasi pengukuran.
12. Setelah
itu dilakukan analisis unsur-unsur logam yang terdapat pada bahan semen.
REFERENSI
Kriswarini, R., 2010, Validasi
Metoda Xrf (X-Ray Fluorescence) Secara Tunggal Dan Simultan Untuk
Analisis Unsur Mg, Mn Dan Fe Dalam Paduan Aluminum,
Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir (PTBN), BATAN, Tangerang.
SNI 15-1049-2004, Semen Portland
Tidak ada komentar:
Posting Komentar